27.5.11

Gambaran Teknologi Penginderaan Jauh Dalam Perkembangan Ilmu Ekologi Terestrial dan Akuatik

Sedikit tentang teknologi penginderaan Jauh dan peranannya dalam pengumpulan informasi tentang sumberdaya alam dataran dan sumberdaya alam kelautan. Salah satu teknologi yang sampai sekarang masih digemari oleh beberapa praktisi maupun peneliti untuk melakukan penentuan beberapa faktor dan parameter lingkungan hidup yaitu teknologi penginderaan jauh. Teknologi ini sangat digemari karena kemampuan untuk melakukan estimasi parameter lingkungan dengan cepat, akurat, dapat diproses dalam waktu yang relatif singkat, dan juga mampu mencakup wilayah estimasi yang sangat luas. Dalam artikel pertama saya di kolom Equatrial ini saya ingin sedikit membahas beberapa gambaran tentang istilah penginderaan jauh (remote sensing) dan sumbangsihnya bagi reservoir data sumberdaya alam dataran dan sumberdaya alam kelautan di Indonesia.

 Penginderaan Jauh itu sendiri merupakan sebuah ilmu dan seni dalam memperoleh informasi baik dari ukuran panjang gelombang (spektral), ukuran keruangan (spasial), dan ukuran waktu (temporal) mengenai suatu objek, area, dan fenomena tertentu yang terjadi di permukaan maupun di atmosfer bumi tanpa harus melakukan kontak secara langsung dengan objek. Penggunaan penginderaan jauh tidak lepas dari sistem yang lebih besar yaitu Geographic Information System (GIS), dimana dua hal ini saling terkait dalam pengelolaannya. Tujuan utama penginderaan jauh ialah mengumpulkan data sumber daya alam dan lingkungan secara lebih cepat dan akurat sehingga efisiensi dapat dicapai secara lebih optimal. Penggunaan teknologi tersebut akhir-akhir ini semakin populer karena kebutuhan akan proses analisis keruangan suatu wilayah telah dibutuhkan oleh banyak pihak salah satunya didalam bidang ilmu ekologi terutama dalam bidang-bidang seperti managemen kawasan, kehutanan, dan ekologi bentang alam (landscape ecology).

Gambar 1. Salah satu contoh gambaran kerja satelit dan sensor dalam memperoleh data permukaan bumi

  Penginderaan jauh merupakan teknologi yang telah berkembang dengan pesat pada awal abad 20 dengan berkembangnya penggunaan teknologi roket dan satelit. Sejarah penginderaan jauh pada mulanya adalah dari kebutuhan akan studi keruangan dan lebih dulu dikembangkan untuk kepentingan militer yang pada akhirnya digunakan untuk kepentingan sipil. Dimulai dari pemotretan udara konvensional pada tahun 1839, kemudian munculnya fotografi berwarna konvensional pada tahun 1855, hingga penggunaan sistem radar dan teknologi satelit yang berkembang pada tahun 1970 dengan diluncurkannya satelit pemantau permukaan bumi atau landsat. Hingga saat ini penggunaan dan pengembangan teknologi ini masih terus dikembangkan terutama untuk teknologi satelit ruang angkasa dengan berbagai sensor yang memantau permukaan bumi secara temporal.

Perekaman atau pengumpulan data penginderaan jauh (inderaja) dilakukan dengan menggunakan alat pengindera (sensor) yang dipasang pada suatu wahana yaitu pesawat terbang atau satelit (gambar 1). Teknologi Penginderaan Jauh (Inderaja) semakin berkembang melalui kehadiran berbagai sistem satelit dengan berbagai misi dan teknologi sensor. Aplikasi satelit penginderaan jauh telah mampu memberikan data/informasi tentang sumberdaya alam dataran dan sumberdaya alam kelautan secara teratur dan periodik. Dari beberapa hal tersebut dapat membuktikan bahwa teknologi penginderaan jauh ini mempunyai peranan yang cukup signifikan dalam mengelola sumber daya alam terutama di Indonesia yang memiliki luas wilayah geografis yang sangat luas dan beragam.


Gambar 2. Salah satu contoh keluaran (Output) dari sistem penginderaan jauh dan GIS.

Di indonesia sendiri penggunaan teknologi ini telah berkembang pesat untuk lebih memahami dalam melakukan monitoring sumber daya alam yang dimiliki oleh bangsa ini. Salah satu contohnya adalah peranan penginderaan jauh (remote sensing) dalam inventarisasi data sumber daya alam indonesia. Beberapa aplikasi yang bisa kita contohkan antara lain adalah bagaimana memantau perkembangan kondisi hutan di Indonesia. Foto satelit dari tipe sensor seperti IKONOS dan Quickbidrd yang bisa memberikan gambaran permukaan bumi dengan tingkat ketelitian yang tinggi bisa digunakan untuk pengelolaan kawasan yang lebih sempit namun detil. Sedangkan untuk luas wilayah yang lebih besar dan hanya memberikan gambaran wilayah secara umum kita bisa menggunakan citra satelit Landsat, SPOT, ASTER ataupun ALOS-Palsar. Managemen pengelolaan kawasan (gambar 2) dapat menggunakan teknologi ini sehingga survey dan analisis di lapangan dapat dilakukan dengan tingkat efisiensi yang tinggi. 

Tim Equatrial sendiri telah memahami betapa pentingnya sistem ini, sehingga dalam setiap kegiatan lapangan yang akan dilakukan harus dilakukan terlebih dahulu pengumpulan referensi / data pendukung keruangan seperti peta tematik, Rupa Bumi Indonesia (RBI), maupun peta digital. Dengan didukung oleh personel yang memiliki pemahaman tentang penggunaan GPS dan pengolahan data spasial baik penginderaan jauh dan GIS, diharapkan dapat memberikan sumbangsih ilmu dan praktik lapangan yang memadai bagi Equatrial secara khusus dan biodiversitas di Indonesia secara umum.

3.3.11

CURUG DAGO

By: Agus Mawardi, Puspitaningasih, dan Dimas Panjaitan

Pada tanggal 3 Februari 2011 kemarin, pagi-pagi Kami bertiga berangkat menggunakan dua sepeda motor dari daerah simpang dago menuju Curug Dago. Perjalanan dari simpang menuju curug sekitar 20 menit. Akses menuju lokasi dapat ditempuh menggunakan roda dua ataupun roda empat. Tetapi, roda empat hanya dapat sampai depan jalan besar saja. Apabila kita menggunakan kendaraan roda dua, kita bisa sampai lokasi curug.

Setelah melakukan perjalanan sekitar 20 menit, kami sampai dilokasi curug. Sekedar informasi, curug adalah bahasa daerah sunda yang berarti air terjun. Sesampainya disana, kita langsung memarkirkan kendaraan kita di depan tempat pusat informasi curug. Untuk masuk kelokasi curug ini tidak dipungut biaya sedikitpun. Curug dago merupakan objek wisata pada kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda yang dikelola oleh Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya Ir. H.Juanda, Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Barat.

Sumber foto: EQUATRIAL
Papan yang menginformasikan mengenai objek wisata Curug Dago yang ada dikawasan Taman Hutan Raya (TAHURA) IR. H. DJUANDA

Di kawasan Curug Dago ini, sebelum pintu masuk tersedia areal berkumpul yang cukup besar. Areal tersebut dapat menampung orang lebih dari 100 orang. Disekitar kawasan Curug Dago ini terdapat juga shelter atau tempat istirahat yang lumayan cukup nyaman. Selain itu, apabila kita membutuhkan minuman ataupun makanan ringan, kita tidak perlu keluar jauh untuk membelinya. Didekat ruang pusat informasi terdapat juga kios atau warung kecil yang menjual berbagai jenis makanan dan minuman ringan.

Sumber foto: EQUATRIAL
Areal luas yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti diskusi ataupun lainnya


Sumber foto: EQUATRIAL
Shelter yang dapat digunakan untuk istirahat

Sumber foto: EQUATRIAL
Kios kecil yang menyediakan berbagai macam makanan dan minuman ringan

Keadaan jalan di dalam kawasan Curug Dago cukup bersih. Hal ini sangat membuat kita betah untuk menikmati wisata tersebut. Tetapi kami sempat berpikir, kenapa jarang yang berkunjung ke curug ini, hanya beberapa orang saja yang berkunjung, itupun dapat dipastikan warga sekitar curug yang sedang berjalan-jalan saja. Apakah kurang promosi? Susahnya akses menuju lokasi? Banyak pertanyaan yang terlintas dibenak kami.
Tetapi terlepas dari itu semua, ternyata disekitar curug, masih terdapat orang-orang yang peduli dengan keberadaan curug ini mungkin lebih tepatnya mereka peduli dengan air yang mengalir di sungai yang membentuk curug. Orang-orang ini merupakan warga sekitar yang peduli dengan keadaan sungai sekitar curug yang kotor dan banyak sampah. Sungai yang mengalir di sekitar curug ini merupakan aliran sungai cikapundung yang berhulu didaerah Maribaya. Selain itu, warga peduli ini tidak hanya membersihkan sampah yang berada di sungai cikapundung saja, mereka juga rajin membersihkan sampah-sampah yang berada disepanjang jalan sekitar curug. Gerakan warga tersebut merupakan gerakan swadaya atau sukarela yang didasarkan atas kepedulian mereka terhadap keberadaan sungai cikapundung yang berada disekitar Curug Dago.

Sumber foto: EQUATRIAL
Keadaan sampah yang terdapat disepanjang aliran sungai cikapundung yang mengaliri Curug Dago

Salahsatu warga yang peduli adalah Abah Toteng. Beliau setiap dua kali sehari selalu rutin menjaring sampah-sampah yang larut dalam arus air sungai cikapundung. Sampah-sampah yang dikumpulkan selalu dia timbang untuk mengetahui seberapa besar sampah yang melalui sungai cikapundung khususnya sekitar kawasan Curug Dago setiap harinya. Mungkin bagi sebagian orang, kerjaan ini menjijikan. Tetapi bagi seorang Abah Toteng, pekerjaan ini dia lakoni untuk berkomitmen menjaga aliran sungai cikapundung ini bersih dari sampah

Sumber foto: EQUATRIAL
Abah Toteng yang selalu semangat mengambil sampah yang hanyut dialiran sungai cikapundung di sekitar wisata Curug Dago

Curug Dago memiliki pemandangan yang bagus dan indah. Sungai serta rona lingkungan sekitar sangat membuat kita betah untuk menikmatinya. Disekitar curug terdapat batu prasasti. Batu prasasti ini terdapat dua buah. Prasaasti tersebut bertuliskan tulisan Thai. Dari informasi yang ada yaitu Menurut S.A. Reitsma dan W.H. Hoogland (1922, Gids Van Bandoeng En Omstrcken) kedua prasasti tersebut erat kaitannya dengan kunjungan keluarga Kerajaan Siam (Tailand) ke Bandung, yakni Raja Chulalongkorn serta Pangeran Prajatthipok Paramintara, yang masing-masing merupakan raja ke V dan VII dari Dinasti Chakri.


Sumber foto: EQUATRIAL
Curug Dago

Sumber foto: EQUATRIAL
Sungai-sungai yang mengalir disepanjang Curug Dago

Sumber foto: EQUATRIAL
Salahsatu batu prasasti yang terdapat disekitar Curug Dago

Di Curug Dago juga terdapat permainan lain yang bisa dilakukan. River board adalah permainan yang dapat dilakukan oleh orang-orang baik anak kecil maupun dewasa di sekitar curug. Alat untuk permainan ini dapat disewa melalui kantor pusat informasi di kawasan wisata Curug Dago. Rafting atau penyusuran sungai menggunakan perahu karetpun dapat dilakukan di sungai ini. Kita bisa meminta kepada orang-orang yang berada di tempat pusat informasi.


Sumber foto: EQUATRIAL
River Board dan Rafting merupakan kegiatan yang dapat dilakukan leh anak-anak maupun dewasa

Kekurangan yang terdapat di wisata Curug Dago ini adalah akses jalan di dalam Curug Dago itu sendiri. Dari jalan setapak yang pagar pembatasnya hilang dicuri sampai tangga batu yang curam untuk dipijak. Setiap pengunjung harus ekstra hati-hati untuk berjalan disekitar setapak itu.


Sumber foto: EQUATRIAL
Kondisi jalan setapak yang menuju Curug Dago sangat berbahaya apabila pengunjung tidak berhati-hati

Bagi para peneliti ataupun mahasiswa yang akan melakukan penelitian, sangat banyak obyek yang dapat digali. Dari segi akuatik atau perairan, kita bisa melakukan penelitian mengenai kondisi perairan, kandungan kimia ataupun biologi perairan dan banyak lagi. Sedangkan untuk terestrialnya, kita bisa melakukan analisis vegetasi tumbuhan, identifikasi keanekaragaman jenis tumbuhan dan lainnya. Flora fauna yang dapat kita gali sebagai obyek penelitian sangat banyak disekitar Curug Dago ini. Oleh karena itu, mari kita memulai satu usaha pelestarian ataupun konservasi yang dapat kita lakukan. Mari kita mulai sedikit saja daripada tidak sama sekali. Viva EQUATRIAL.




Sumber foto: EQUATRIAL
Beberapa jenis vegetasi yang terdapat di kawasan Curug Dago

13.1.11

SCGIS Global Scholarship Program

Sedikit informasi untuk yang berkeinginan memperdalam GIS dari pakarnya.
The Society for Conservation GIS – SCGIS (www.scgis.org) merupakan organisasi non profit yang membantu para pengguna GIS yang bergerak di bidang konservasi dan lingkungan. Pada tanggal 25 November 2010, SCGIS Indonesia telah dibentuk dan dideklarasikan. Visi SCGIS Indonesia adalah menjadi organisasi terdepan dalam upaya konservasi sumber daya alam dan pembangunan berkelanjutan melalui pemanfaatan teknologi geospasial. Sedangkan misi SCGIS meliputi:

Berperan aktif dalam upaya konservasi sumber daya alam dan pembangunan berkelanjutan
  • Mengembangkan kajian dan analisis berbasis spasial yang mengintegrasikan aspek-aspek ekologi, sosial dan ekonomi
  • Membangun jaringan, komunikasi dan kerjasama di tingkat nasional, regional dan international
  • Meningkatkan kapasitas dan profesionalisme untuk membangun insan konservasi GIS yang handal
  • Menguatkan dan mengembangkan organisasi SCGIS Indonesia


  • Salah satu program terkait dengan pengembangan kapasitas, SCGIS menawarkan program beasiswa tahunan atau dikenal dengan SCGIS Global Scholarship Program (http://www.scgis.org/Lev3Page.aspx?Page3ID=2) kepada para praktisi GIS yang bergerak di bidang konsevasi dan lingkungan. Program tersebut memungkinkan peserta untuk mendapatkan training GIS selama 2 minggu di California, mengikuti ESRI User Conference yang diadakan di San Diego selama 1 minggu serta mengikuti SCGIS Conference selama 1 minggu. SCGIS Indonesia akan menyeleksi calon peserta yang berasal dari Indonesia. Hanya 2 kandidat yang akan diajukan ke SCGIS International untuk mengikuti program seleksi selanjutnya.
    Persyaratan:
    1. Warga Negara Indonesia
    2. Aktif di dalam lembaga atau organisasi yang bergerak di bidang lingkungan, konservasi, bencana alam atau humanitarian
    3. Memiliki pemahaman dasar tentang GIS
    4. Mampu berbahasa inggris aktif
    5. Bersedia memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh SCGIS

    Kriteria Penilaian:
    1. Memiliki tupoksi atau bidang studi (bagi mahasiswa) yang berkontribusi di dalam bidang penyelamatan lingkungan, konservasi sumberdaya lahan dan penanggulangan bencana alam
    2. Memiliki latar belakang yang konsisten di bidang GIS dan konservasi
    3. Memiliki kemampuan dan akses untuk menyebarluaskan ilmu yang diperoleh
    4. Menunjukkan kemauan untuk berkontribusi pada organisasi SCGIS Indonesia

    Persyaratan dokumen:
    1. Mengisi formulir aplikasi SCGIS Global Scholarship Program (unduh disini)
    2. Surat dukungan dari pimpinan tempat bekerja (scan)
    3. Curriculum Vitae
    Semua dokumen harap dikirimkan ke scgis-indonesia@gmail.com paling lambat tanggal 11 Februari 2011.
    Terima kasih dan salam,

    21.12.10

    Hasil Pertemuan 17 Desember 2010


    EQUATRIAL mengadakan pertemuan pertama pada tanggal 17 Desember 2010 di ruang 2201. Agenda pada acara tersebut adalah pemaparan mengenai EQUATRIAL oleh rekan kita sekaligus penanggungjawab EQUATRIAL sdri. Puspitaningasih atau lebih kita kenal dengan panggilan Bu Gebi. Beliau memaparkan secara jelas mengenai EQUATRIAL, tujuan, arah kegiatan serta manfaat dari bergabung dengan komuniatas ini. Kegiatan ini di hadiri oleh beberapa rekan-rekan.

    Puspitaningasih sebagai penanggung jawab sedang menjelaskan mengenai EQUATRIAL dan sekaligus mendeklarasikan terbentuknya EQUATRIAL.

    Rekan-rekan yang hadir pada saat pemaparan EQUATRIAL


    Diharapkan, setelah dari pertemuan ini, rekan-rekan yang ingin menyalurkan dan butuh informasi tentang hal-hal baru khususnya dalam lingkup ekologi dan biosistematik bisa berbagi di komunitas ini. Semoga dengan adanya komunitas ini kebutuhan akan ilmu pengetahuan baru, transfer ilmu serta informasi-informasi terkini bisa didapatkan dalam komunitas ini.